Kabar bahwa PT Citraraja Ampat Canning (PT CRAC) – perusahaan perikanan tuna sirip kuning berbasis kapal pole-and-line di Sorong – yang akan segera bersertifikatMarine Stewardship Council (MSC) dan siap untuk memasok produk bersertifikat tersebut ke pasar lokal maupun internasional sebelum akhir tahun ini telah disambut baik oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia (KKP), International Pole & Line Foundation (IPNLF) dan perusahaan anggota lain yang terlibat dalam rantai pasokan. IPNLF percaya bahwa prestasi PT CRAC dalam mendapatkan sertifikasi MSC akan menjadi dorongan besar bagi rantai pasokan one-by-one tuna di Indonesia. IPNLF juga percaya bahwa dukungan untuk mewujudkan lebih banyak perusahaan yang bersertifikat MSC di Indonesia juga akan meningkat pesat.

Pada tahun 2016, perusahaan perikanan tuna sirip kuning berbasis kapal pole-and-line di Sorong telah menangkap dan memproses sebanyak 2.647 ton cakalang dan 543 ton tuna sirip kuning. PT CRAC saat ini juga sedang mengekspor produk pole-and-line ini ke pasar di Singapura, Malaysia dan Eropa. Dengan menyediakan pekerjaan untuk nelayan dan pekerja ikan, industri perikanan ini memberikan kontribusi penting bagi penghidupan ekonomi lokal dan ketahanan pangan. Conformity Assessment Body (CAB) telah merekomendasikan PT CRAC untuk mendapatkan sertifikasi MSC dengan perkembangan saat ini telah memasuki tahap terakhir dari proses sertifikasi. Jika tidak ada keberatan yang diajukan selama periode 15 hari yang berakhir pada 16 November 2018 nanti, maka PT CRAC akan segera disertifikasi sesuai dengan standar MSC.

Dalam surat dukungan terkait sertifikasi MSC untuk perikanan cakalang dan tuna sirip kuning, Yuliadi, Direktur Pengelolaan Sumber Daya Ikan di KKP, mengatakan KKP akan sepenuhnya mendukung tindakan yang ditetapkan dalam Rencana Aksi Klien (Client Action Plan) untuk perikanan tuna sirip kuning berbasis kapal pole-and-line di Sorong. Baik dalam mempromosikan Harvest Strategy atau Harvest Control Rules di Western and Central Pacific Fisheries Commission (WCPFC) untuk kedua spesies tuna tersebut demi tujuan yang lebih kompatibel, strategis serta demi pengendalian penangkapan ikan yang lebih baik untuk perairan kepulauan Indonesia. KKP lebih lanjut menegaskan niatnya untuk meneruskan semua tindakan yang diidentifikasi dalam Rencana Aksi Klien tersebut agar lebih berkelanjutan.

Mengomentari pengumuman baru-baru ini, Trian Yunanda, Kasubdit SDI ZEEI dan Laut Lepas, KKP, mengatakan, “Sertifikasi perikanan tuna pole-and-line di Sorong dapat membuka jalan bagi perikanan Indonesia lainnya yang sedang berusaha mencapai sertifikasi MSC. Pengumuman ini menghadirkan peluang besar bagi semua pemangku kepentingan dari pemerintah, industri maupun mitra LSM untuk terus bekerja secara kolaboratif demi meningkatkan keberlanjutan perikanan skala kecil yang penting ini.” Sementara itu, Martin Purves, Managing Director dari IPNLF, memuji upaya teguh para nelayan tuna pole-and-line di Sorong, anggota rantai pasok dari PT CRAC, dan pemangku kepentingan lainnya dalam upaya mengikutsertakan PT CRAC kedalam penilaian penuh MSC. Dia juga mengakui dukungan penting yang diberikan oleh KKP membuat semuanya menjadi dapat terlaksana. “Kami semua senang bahwa usaha kita sudah hampir mencapai garis akhir dan sertifikasi MSC sebentar lagi akan berada dalam genggaman kita. Ini adalah momen penting bagi semua yang terkait dan tonggak yang sangat penting bagi sektor perikanan tuna dan rantai pasok perikanan Indonesia yang lebih luas. Bersama dengan KKP, harapan utama IPNLF adalah sertifikasi pertama ini dapat membuka jalan bagi sejumlah usaha perikanan lain di Indonesia dan tentu saja, negara-negara lain di kawasan ini untuk mendapatkan sertifikasi MSC. Dengan adanya sertifikasi MSC kita dapat menciptakan momentum untuk terus mengusahakan industri perikanan dengan pengelolaan yang lebih baik dan kelestarian lingkungan yang lebih besar.”

Tentu saja ada banyak peluang untuk mencapai tujuan besar ini. Misalnya, di sektor tuna one-by-one saja, berkat kemitraan dengan Walton Family FoundationDavid and Lucile Packard Foundation, IPNLF, Asosiasi Perikanan Pole & Line dan Handline (AP2HI) dan Masyarakat dan Perikanan Indonesia (MDPI), diharapkan bahwa enam perusahaan perikanan one-by-one Indonesia akan berada di bawah penilaian MSC pada akhir tahun depan. “Langkah selanjutnya akan dimulai dari perbaikan yang dilakukan oleh perikanan tuna di Sorong. Kita harus memanfaatkan energi baik dan sikap kolaboratif dari para pemangku kepentingan untuk membawa lebih banyak industri perikanan tuna Indonesia ke dalam penilaian penuh oleh MSC. Untuk mewujudkan tujuan ini, penting bagi organisasi konservasi dan pemangku kepentingan lainnya untuk terus menjaga ritme bekerja bersama – mengumpulkan pengetahuan, keahlian, dan sumber daya mereka. Pendekatan kolaboratif semacam itu akan memaksimalkan upaya kolektif yang efektif dalam membantu nelayan dan masyarakat pesisir” kata Purves.

Sebagai contoh pendekatan kolaboratif yang diikuti oleh IPNLF dengan organisasi lain adalah mengenai MOU yang ditandatangani dengan WWF-India untuk memastikan kedua belah pihak bekerja sama atas nama perikanan tuna cakalang one-by-one di Lakshadweep, sebuah kepulauan tropis di Laut Laccadive, di lepas pantai Kerala, India. Tujuan utama komitmen ini adalah untuk menjaga kelestarian lingkungan dan mengembangkan potensi ekonomi maupun sosial perikanan tuna berbasis tradisional ini. IPNLF dan WWF-India percaya bahwa jika dikelola dengan baik, perikanan Lakshadweep akan menjadi manfaat yang tak ternilai bagi komunitas di kawasan dan tentu saja, perkembangan ekonomi komunitas pesisir secara keseluruhan. Strategi ini juga mencakup usaha untuk ikut serta dalam mendapatkan sertifikasi MSC. “Kesepakatan yang baru-baru ini dibentuk untuk perikanan tuna di Lakshadweep membuktikan bahwa sektor perikanan adalah prioritas utama bagi kami. Baik IPNLF dan WWF-India ingin membantu membangun sektor perikanan tuna one-by-one yang lebih kuat dan lebih berdaya saing secara komersial untuk wilayah Lakshadweep. Sementara kami sadar bahwa setiap industri perikanan dan rantai pasokan adalah unik dan memiliki tantangannya sendiri, maka kami tingkatkan kerjasama dengan para pemangku kepentingan untuk menghasilkan manfaat yang lebih luas,” kata Purves.

Notes To Editors

TENTANG IPNLF

The International Pole & Line Foundation (IPNLF) bekerja dalam mengembangkan, mendukung dan mempromosikan perikanan tuna pole and linehandline dan troll (yang secara kolektif disebut juga one-by-one) yang bertanggung jawab secara sosial dan lingkungan di seluruh dunia. Ambisi IPNLF adalah memberikan kontribusi pada komunitas masyarakat pesisir, termasuk masyarakat nelayan, komunitas di dalamnya, bisnis yang terkait, dan lingkungan laut yang terhubung dengan mereka semua. Sebagai penghubung untuk organisasi-organisasi yang memiliki misi dan asas keberkelanjutan, kami menggunakan pengaruh pasar untuk mempengaruhi perubahan melalui kegiatan perikanan dan bentuk kerjasama bersama para pemangku kepentingan di industri perikanan. Keanggotaan IPNLF terbuka bagi organisai-organisasi yang terlibat dalam rantai pasokan tuna one-by-one. IPNLF bekerjasama erat dengan para anggota-anggota kami serta menunjukkan nilai tambah bagi perikanan tuna one-by-one kepada konsumen, pembuat kebijakan dan seluruh actor di rantai pasok. Kami bekerja di bidang sains, hukum/kebijakan, dan industry perikanan dengan menggunakan pendekatan berbasis solusi dan berbasis bukti nyata dengan panduan dari Komite Penasihat Ilmiah & Teknis serta Dewan Pengawas yang berkompeten di bidangnya masing-masing.

“IPNLF secara resmi terdaftar di Inggris pada tahun 2012 (Charity 1145586), dengan kantor cabang di London dan Maladewa, serta kehadiran staf di Indonesia, Perancis, Amerika Utara dan Afrika Selatan”